Translate

Minggu, 13 Desember 2015

Wisata Gunung Pegat Blitar


K
abupaten Blitar sering juga di sebut “daerah seribu candi” yang di bangun mulai Dinasti Singosari, Dinasti Majapahit sampai Dinasti Kediri. Untuk eksplorasi kali ini Ars Mania akan ku ajak menelusuri daerah barat Blitar, lebih tepatnya di Kecamatan Srengat. Pasti yang kalian ketahui kalau tentang Srengat yaitu Gunung Pegat, benar kan? Padahal ada salah satu situs sejarah lho di situ. Mau tau apakah itu? Jawabannya adalah Kekunaan atau Candi Mleri.
Ars Mania, dengan naik motor perjalanan menuju lokasi ini hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit lho dari pusat Kota Blitar tercinta. Sempat salah masuk gang menuju lokasi itu, akhirnya aku pun sampai di komplek Kekunaan Mleri. Aku pun tak berfikir panjang dan langsung menemui juru kuncinya di kediamannya yang tak jauh dari lokasi kekunaan ini. Dengan ramahnya, seorang kakek yang bernama Mbah Munajib pun menyambut kedatanganku. Beliaupun mengajakku ke dalam lokasi untuk menceritakan dan menjelaskan apa saja tentang kekunaan ini. Ars mania pasti dari tadi bertanya-tanya ya apa sih yang dimaksud kekunaan mleri? Iya deh ku jawab, kekunaan itu adalah kata lain dari peninggalan, mleri artinyatempat istirahat tekan pati. Jadi kekunaan mleri berarti peninggalan tempat istirahat tekan pati. Sekelumit kisah yang diceritakan sang juru kunci kepadaku, dibaca yaaa…
Kekunaan atau Candi Mleri terletak di Desa Bagelenan, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar di kaki Gunung Pegat, kira-kira 9.7 km dari barat pusat Blitar. Letaknya berdekatan dengan situs Pertapaan Dewi Kilisuci (peninggalan dari Kerajaan Kadiri) yang terletak di puncak Gunung Pegat. Tedapat 8 makam di sini, 6 makam prajurit di luar ruangan dan 2 makam di dalam ruangan, yaitu makam raja dan istrinya dalam komplek kekunaan ini.
Kekunaan Mleri atau Candi Mleri adalah reruntuhan candi yang sebagian batu-batu candinya disusun menjadi komplek makam. Dikawasan ini tersimpan berbagai artefak-artefak seperti antefik, kala, lingga, prasasti, relief-relief yang indah, swastika, dan yoni. Berikut diskripsi dari artefak-artefak yang tersimpan di Kekunaan Mleri: Antefik. Antefik adalah unsur bangunan yang berfungsi sebagai hiasan bagian luar bangunan candi dalam bentuk segitiga meruncing. Ada Bertari Durga yang bertangan 4, apabila marah tangannya bisa menjadi 12. Kala. Penggambaran kala sering dilengkapi dengan tangan bercakar dan semacam tanduk di bagian kepala.  Kala bisanya terletak di bagian ambang pintu maupun di atas relung-relung candi. Ada Condrosengkolo dengan 1 hidung, 2 mata, 2 telinga, dan 2 tangan yang di gabung 1222, ini memiliki arti makam ini sudah ada sejak tahun 1222 M. .Lingga. Lingga adalah simbol aspek pria, juga sebagai penggambaran Dewa Siwa, memiliki 8 sisi. Swastika. Swastika adalah semacam penunjuk arah atau kompas. Yoni. Yoni adalah simbol aspek wanita yang juga merupakan penggambaran istri Dewa Siwa (dewa dalam agama Hindu). Biasanya digambarkan dalam kesatuannya dengan lingga. Berdasarkan adanya lingga dan yoni, diperkirakan bahwa latar belakang keagamaan dari Kekunaan Mleri adalah agama Hindu.
Candi  ini diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai candi yang tertua yang ada di Kabupaten Blitar. Menurut informasi dari Mbah Munajib kata candi berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti makam. Karena memang di kompleks tersebut yang tampak seperti makam kuno, sehingga lebih dikenal sebagai Kekunaan Mleri.
Di Kekunaan Mleri ini diyakini sebagai makam raja Singasari III, yang bergelar Sri Wisnu Wardhana. Nama aslinya adalah Ranggawuni, yang merupakan putra Anusapati atau cucu Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Abu sang raja di bagi menjadi dua, yang separuh di taruh di Mleri, sedang yang separuhnya lagi di taruh Singosari-Malang. Makam ini sudah ada sejak tahun 1222 M. Hal ini didasarkan kepada prasasti yang berhuruf Sansakerta yang ada di kompleks makam tersebut dengan lambing kalamakara (wujud raksasa). Menurut Kitab Negarakertagama Wisnuwardhana didharmakan dengan wujud arca Siwa di Waleri (Mleri) dan dalam bentuk arca Sugata (Budha) di Jajaghu (Candi Jago).
Lebih lanjut, Mbah Munajib mengatakan bahwa prasasti yang ada di kompleks Kekunaan Mleri ini pernah diteliti oleh peneliti dari Jepang. Peneliti tersebut membersihkan prasasti tersebut lalu memotretnya untuk dianalisa di Jepang namun sampai sekarang tidak diketahui kelanjutannya.
Berbeda dengan suasana candi yang ada di Indonesia, kompleks Kekunaan Mleri ini masih tampak “hidup” dengan hadirnya peziarah yang secara regular ingin “ngalap berkah”. Maka bila memasuki kompleks Kekunaan Mleri ini, kalian pasti akan mencium bau wewangian dari semerbak bunga-bunga ditaburkan para peziarah serta sisa abu dari asap dupa kemenyan, kendati makam di sini merujuk kepada tempat pendarmaan abu Sang Raja. Sehingga terkesan seram dan angker (keramat).

Konon arca macan putih ini dapat hidup (tampak jelmaan dengan wujud harimau putih) pada malam jum’at legi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar