K
|
abupaten Blitar sering juga
di sebut “daerah seribu candi” yang di bangun mulai Dinasti Singosari, Dinasti
Majapahit sampai Dinasti Kediri. Untuk eksplorasi kali ini Ars Mania akan ku
ajak menelusuri daerah barat Blitar, lebih tepatnya di Kecamatan Srengat. Pasti
yang kalian ketahui kalau tentang Srengat yaitu Gunung Pegat, benar kan?
Padahal ada salah satu situs sejarah lho di situ. Mau tau apakah itu?
Jawabannya adalah Kekunaan atau Candi Mleri.
Ars
Mania, dengan naik motor perjalanan menuju lokasi ini hanya membutuhkan waktu
sekitar 30 menit lho dari pusat Kota Blitar tercinta. Sempat salah masuk gang
menuju lokasi itu, akhirnya aku pun sampai di komplek Kekunaan Mleri. Aku pun tak berfikir panjang dan langsung menemui
juru kuncinya di kediamannya yang tak jauh dari lokasi kekunaan ini. Dengan
ramahnya, seorang kakek yang bernama Mbah Munajib pun menyambut kedatanganku.
Beliaupun mengajakku ke dalam lokasi untuk menceritakan dan menjelaskan apa
saja tentang kekunaan ini. Ars mania pasti dari tadi bertanya-tanya ya apa sih
yang dimaksud kekunaan mleri? Iya deh ku jawab, kekunaan itu adalah kata lain
dari peninggalan, mleri artinyatempat
istirahat tekan pati. Jadi kekunaan
mleri berarti peninggalan tempat
istirahat tekan pati. Sekelumit kisah yang diceritakan sang juru kunci
kepadaku, dibaca yaaa…
Kekunaan atau Candi Mleri terletak di Desa Bagelenan,
Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar di kaki Gunung Pegat, kira-kira 9.7 km dari
barat pusat Blitar. Letaknya berdekatan dengan situs Pertapaan Dewi Kilisuci (peninggalan dari Kerajaan Kadiri)
yang terletak di puncak Gunung Pegat. Tedapat 8
makam di sini, 6 makam prajurit di luar ruangan dan 2 makam di dalam ruangan,
yaitu makam raja dan istrinya dalam komplek kekunaan ini.
Kekunaan Mleri atau Candi Mleri adalah reruntuhan candi yang
sebagian batu-batu candinya disusun menjadi komplek makam. Dikawasan ini
tersimpan berbagai artefak-artefak seperti antefik, kala, lingga, prasasti,
relief-relief yang indah, swastika, dan yoni. Berikut diskripsi dari
artefak-artefak yang tersimpan di Kekunaan Mleri: Antefik. Antefik adalah unsur bangunan yang
berfungsi sebagai hiasan bagian luar bangunan candi dalam bentuk segitiga
meruncing. Ada Bertari Durga yang bertangan 4, apabila marah tangannya bisa
menjadi 12. Kala. Penggambaran
kala sering dilengkapi dengan tangan bercakar dan semacam tanduk di bagian
kepala. Kala bisanya terletak di bagian ambang pintu maupun di atas
relung-relung candi. Ada Condrosengkolo
dengan 1 hidung, 2 mata, 2 telinga, dan 2 tangan yang di gabung 1222, ini
memiliki arti makam ini sudah ada sejak tahun 1222 M. .Lingga. Lingga adalah simbol aspek pria, juga sebagai penggambaran
Dewa Siwa, memiliki 8 sisi. Swastika. Swastika adalah semacam penunjuk arah
atau kompas. Yoni. Yoni adalah simbol aspek wanita yang
juga merupakan penggambaran istri Dewa Siwa (dewa dalam agama Hindu). Biasanya
digambarkan dalam kesatuannya dengan lingga. Berdasarkan adanya lingga dan
yoni, diperkirakan bahwa latar belakang keagamaan dari Kekunaan Mleri adalah
agama Hindu.
Candi
ini diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai candi yang tertua yang ada
di Kabupaten Blitar. Menurut informasi dari Mbah Munajib kata candi berasal
dari bahasa Sansekerta yang berarti makam. Karena memang di kompleks tersebut
yang tampak seperti makam kuno, sehingga lebih dikenal sebagai Kekunaan Mleri.
Di
Kekunaan Mleri ini diyakini sebagai makam raja Singasari III, yang bergelar Sri
Wisnu Wardhana. Nama aslinya adalah Ranggawuni, yang merupakan putra Anusapati
atau cucu Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Abu sang raja di bagi menjadi dua,
yang separuh di taruh di Mleri, sedang yang separuhnya lagi di taruh
Singosari-Malang. Makam ini sudah ada sejak tahun 1222 M. Hal ini didasarkan
kepada prasasti yang berhuruf Sansakerta yang ada di kompleks makam tersebut
dengan lambing kalamakara (wujud raksasa). Menurut Kitab Negarakertagama
Wisnuwardhana didharmakan dengan wujud arca Siwa di Waleri (Mleri) dan dalam
bentuk arca Sugata (Budha) di Jajaghu (Candi Jago).
Lebih lanjut, Mbah Munajib mengatakan bahwa prasasti yang
ada di kompleks Kekunaan Mleri ini pernah diteliti oleh peneliti dari Jepang.
Peneliti tersebut membersihkan prasasti tersebut lalu memotretnya untuk
dianalisa di Jepang namun sampai sekarang tidak diketahui kelanjutannya.
Berbeda dengan suasana candi yang ada di Indonesia, kompleks Kekunaan Mleri ini masih tampak “hidup” dengan hadirnya peziarah yang secara regular ingin “ngalap berkah”. Maka bila memasuki kompleks Kekunaan Mleri ini, kalian pasti akan mencium bau wewangian dari semerbak bunga-bunga ditaburkan para peziarah serta sisa abu dari asap dupa kemenyan, kendati makam di sini merujuk kepada tempat pendarmaan abu Sang Raja. Sehingga terkesan seram dan angker (keramat).
Berbeda dengan suasana candi yang ada di Indonesia, kompleks Kekunaan Mleri ini masih tampak “hidup” dengan hadirnya peziarah yang secara regular ingin “ngalap berkah”. Maka bila memasuki kompleks Kekunaan Mleri ini, kalian pasti akan mencium bau wewangian dari semerbak bunga-bunga ditaburkan para peziarah serta sisa abu dari asap dupa kemenyan, kendati makam di sini merujuk kepada tempat pendarmaan abu Sang Raja. Sehingga terkesan seram dan angker (keramat).
Konon arca macan putih ini
dapat hidup (tampak jelmaan dengan wujud harimau putih) pada malam jum’at legi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar